Risiko Kanker Sekunder Rendah Setelah Terapi CAR-T Sel, Temukan Studi

Studi dari Stanford Medicine menemukan bahwa risiko kanker sekunder setelah terapi CAR-T sel adalah rendah, sekitar 6,5% dalam three tahun. Penelitian ini menganalisis lebih dari 700 pasien dan mengidentifikasi satu kasus kematian terkait kanker sekunder, yang berhubungan dengan imunosupresi, bukan terapi itu sendiri. Temuan ini menawarkan wawasan untuk pemantauan risiko pasien pasca terapi.

Penelitian besar oleh Stanford Medicine menunjukkan bahwa risiko kanker sekunder setelah terapi CAR-T sel cukup rendah, meskipun ada peringatan FDA. Hasil studi melibatkan lebih dari 700 pasien di Stanford Health Care dan menemukan bahwa risiko kanker darah sekunder dalam tiga tahun setelah terapi hanya sekitar 6,5%. Penelitian ini juga meneliti satu kasus kematian akibat kanker sel T sekunder dan menyimpulkan bahwa itu berkaitan dengan imunosupresi, bukan terapi CAR-T itu sendiri.

Para peneliti menggunakan analisis genetik dan molekuler untuk membandingkan tumor pasien, sel CAR-T, dan sel sehat sebelum dan sesudah terapi. Hasil menunjukkan tidak ada bukti bahwa sel T penyebab kanker kedua berasal dari sel T yang dimodifikasi oleh terapi CAR-T. Sebaliknya, sel T tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan terinfeksi virus yang dapat berkontribusi pada perkembangan kanker.

Meskipun terapi CAR-T terbukti menyelamatkan nyawa, penting untuk memahami risiko kanker sekunder. Penemuan ini dapat membantu ilmuwan dan klinisi memantau pasien dengan risiko lebih tinggi setelah terapi. Dengan pemantauan yang lebih cermat, pasien masih bisa mendapatkan manfaat signifikan dari terapi ini.

Pada November 2023, FDA mengeluarkan peringatan tentang potensi risiko kanker sekunder terkait terapi CAR-T, tetapi studi ini berfungsi meredakan kekhawatiran tersebut. Para peneliti mencatat bahwa kekhawatiran ini mungkin berpusat pada pasien yang memiliki kondisi imun dan riwayat penyakit autoimun, yang meningkatkan risiko kanker setelah menerima terapi.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di The New England Journal of Medicine pada 12 Juni. Penulis senior studi ini adalah Ash Alizadeh dan David Miklos, dengan kontribusi signifikan dari beberapa peneliti lainnya. Hal ini membuka jalan untuk studi lebih lanjut mengenai terapi CAR-T dan implikasi keamanannya.

CAR-T cell therapy merupakan terapi berbasis sel yang telah digunakan untuk mengobati kanker darah dengan memodifikasi sel T pasien untuk lebih efektif menyerang sel kanker. Namun, munculnya kekhawatiran mengenai risiko kanker sekunder setelah terapi ini menyebabkan FDA mengeluarkan peringatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi risiko tersebut secara lebih rinci dengan analisis terhadap jumlah pasien yang cukup besar dalam waktu yang cukup panjang.

Studi di Stanford menunjukkan bahwa risiko kanker sekunder setelah terapi CAR-T sangat rendah, membantu meredakan kekhawatiran mengenai efek samping yang ditimbulkan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana imunosupresi dapat berkontribusi terhadap risiko kanker dan bagaimana cara memantau pasien dengan lebih baik.

Sumber Asli: www.technologynetworks.com

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *