Virus RP2, sebuah versi dimodifikasi dari herpes, menunjukkan efektivitas dalam mengatasi berbagai jenis kanker lanjut dalam uji coba fase I. Sekitar 25% pasien memperlihatkan respon positif, termasuk satu pasien yang tumor kelenjar ludahnya menyusut sepenuhnya. Uji coba ini mengeksplorasi kombinasi RP2 dengan imunoterapi nivolumab, dan awalnya menunjukkan hasil menjanjikan.
Sebuah virus yang telah direkayasa secara genetik, RP2, menunjukkan efektivitas dalam mengatasi kanker lanjut dalam uji coba fase I. Virus ini, yang merupakan versi dimodifikasi dari virus herpes simplex, memberikan harapan bagi pasien yang tidak merespons pengobatan lain, termasuk terapi imun checkpoint. Uji coba awal menunjukkan bahwa RP2 mampu mengecilkan tumor pada sekitar 25% pasien dengan berbagai jenis kanker, termasuk kanker kulit, esofagus, dan kepala leher.
Di uji coba tersebut, RP2 diuji sendiri pada sembilan pasien serta dalam kombinasi dengan terapi imun nivolumab pada 30 pasien lainnya. Fokus studi ini adalah untuk mengevaluasi keamanan, dosis, dan kemampuannya untuk mengurangi ukuran tumor. Virus RP2 disuntikkan secara langsung ke dalam tumor, menduplikasi dalam sel kanker dan memecahnya, sambil juga memblokir protein CTLA-4 untuk meningkatkan respons imun terhadap kanker.
Dari sembilan pasien yang mendapat RP2 sendirian, tiga menunjukkan respon positif dengan penyusutan tumor. Salah satu pasien dengan kanker kelenjar ludah berhasil menghilangkan tumor sepenuhnya dan tetap bebas kanker setelah 15 bulan. Selain itu, tujuh dari 30 pasien yang mendapat kombinasi RP2 dan nivolumab juga mengalami manfaat, dengan banyak yang tetap bebas dari progresi kanker selama 14 bulan.
Para peneliti mencatat perubahan positif dalam lingkungan mikro imun tumor setelah injeksi RP2, termasuk peningkatan sel imun dan aktivasi gen yang berkaitan dengan respons anti-kanker. Efek samping yang dilaporkan umumnya ringan, seperti demam, menggigil, dan kelelahan, tanpa adanya efek serius yang memerlukan intervensi medis.
Kepala penelitian, Profesor Kevin Harrington, menyatakan bahwa virus ini dapat memberikan dua keuntungan: menghancurkan sel kanker secara langsung dan menggerakkan sistem imun melawan tumor. Ia optimis bahwa virus rekayasa genetik ini bisa menjadi opsi pengobatan baru untuk pasien kanker lanjut.
Profesor Kristian Helin, CEO dari Institute of Cancer Research, juga menambahkan bahwa penelitian ini menunjukkan potensi dalam memanfaatkan virus untuk menginfeksi dan menghancurkan sel kanker.
Salah satu pasien, Krzysztof Wojkowski, yang menderita kanker kelenjar ludah, memberikan testimoni bahwa setelah mengikuti uji coba, kankernya sepenuhnya teratasi dan ia kembali normal beraktivitas sebagai pembangun.
Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya menunjukkan hasil awal yang menjanjikan tetapi juga memberi harapan baru bagi pasien yang telah kehabisan pilihan pengobatan.
Kanker lanjut sering kali kebal terhadap berbagai terapi yang ada, termasuk imunoterapi tradisional. Dalam konteks ini, virus yang direkayasa secara genetik, seperti RP2, menawarkan pendekatan inovatif dengan menggabungkan efek lisis sel kanker dengan aktivasi sistem imun. Uji coba ini adalah langkah penting untuk mengevaluasi potensi terapi berbasis virus dalam mengobati kanker yang sulit diobati.
Penelitian awal menunjukkan bahwa virus RP2 dapat memberikan efek yang signifikan dalam melawan kanker lanjut yang tidak responsif terhadap terapi lain. Dengan mekanisme ganda yang menghancurkan tumor sambil juga memicu respons imun, RP2 menunjukkan potensi sebagai terapi baru yang menjanjikan. Selanjutnya, penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menegaskan manfaat ini untuk lebih banyak pasien.
Sumber Asli: www.icr.ac.uk