Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian kedua tertinggi. Monitoring kekambuhan penting dan umumnya dilakukan melalui biomarker CEA dan CT scan, meskipun memiliki batasan signifikan. Penemuan terbaru dengan tes ctDNA Tempus xM menunjukkan efektivitas yang lebih baik dalam deteksi kekambuhan kanker dibandingkan CEA.
Kanker kolorektal (CRC) menjadi penyebab kematian kedua tertinggi di dunia, dengan sekitar 900.000 kematian setiap tahun. Kelangsungan hidup lima tahun pasca operasi mencapai 80% pada stadium II dan 50% pada stadium III. Oleh karena itu, penting untuk memantau pasien untuk menghindari kekambuhan penyakit.
Saat ini, pemantauan pasca-penanganan CRC umumnya menggunakan biomarker darah CEA dan pencitraan CT, meski CEA dapat meningkat dalam kondisi non-kanker. Metode ini juga memiliki kelemahan, karena dapat kehilangan sekitar 50% kekambuhan CRC. Penelitian menunjukkan bahwa tes untuk DNA tumor sirkulasi (ctDNA) lebih efektif dalam mendeteksi sel kanker yang tersisa.
Salah satu tes ctDNA terbaru adalah Tempus xM yang mengenali pola metilasi spesifik penyakit dan varian genetik untuk mengklasifikasikan pasien sebagai MRD-positif atau -negatif. Dalam penelitian xM yang melibatkan 80 pasien stadium II dan III, sensitivitas dan spesifikasi alat ini menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam memprediksi kekambuhan kanker, dengan 61,1% dari pasien yang kambuh terdeteksi MRD-positif.
Dari hasil longitudinal, 83,3% pasien dengan kekambuhan dinyatakan MRD positif. Waktu median antara hasil MRD positif pertama dan kekambuhan klinis adalah sekitar 4,77 bulan. MRD juga terbukti sebagai prediktor kelangsungan hidup bebas penyakit yang lebih baik dibanding CEA. Peneliti berencana melakukan studi validasi klinis yang lebih besar untuk meningkatkan deteksi MRD.
Studi ini menegaskan pentingnya penggunaan serum ctDNA, terutama Tempus xM, sebagai metode yang lebih akurat dalam memantau kekambuhan kanker kolorektal dibandingkan CEA. Ini memberikan harapan baru bagi pengelolaan pasien setelah perawatan CRC, dengan prediksi yang lebih baik untuk kekambuhan.
Sumber Asli: www.nature.com