Rucaparib menunjukkan median OS 19,4 bulan pada pasien karsinoma ovarium BRCA-mutasi yang kambuh, lebih rendah dari 25,4 bulan pada kemoterapi. 70% pasien telah meninggal; perlunya penelitian lebih lanjut diungkapkan oleh Dr. Amit M Oza, menekankan kebutuhan terapi yang lebih baik untuk pasien yang progresi setelah inhibitor PARP.
Data baru menunjukkan bahwa untuk pasien dengan karsinoma ovarium BRCA-mutasi yang kambuh, rucaparib mencatat median bertahan hidup keseluruhan (OS) 19,4 bulan, dibandingkan dengan 25,4 bulan pada kelompok kemoterapi.
Analisis akhir dari penelitian ARIEL4 (NCT02855944), yang dipublikasikan dalam Lancet Oncology, menunjukkan bahwa 70% dari semua pasien telah meninggal, dengan 72% dari kelompok rucaparib dan 66% dari kelompok kemoterapi. Median OS untuk pasien dengan penyakit tahan platinum adalah 14,2 bulan untuk rucaparib dibandingkan 22,2 bulan untuk kemoterapi.
Meskipun rucaparib menunjukkan hasil yang lebih baik dalam beberapa subkelompok, data menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menentukan pilihan pengobatan terbaik bagi pasien yang mengalami kemunduran setelah pengobatan dengan inhibitor PARP. Menurut Dr. Amit M Oza, “OS lebih menguntungkan untuk kemoterapi dibandingkan rucaparib pada populasi ITT tetapi serupa di kelompok pasien dengan penyakit sensitif platinum”.
Keberuntungan pengobatan yang diberikan kepada 349 pasien menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih baik, terutama setelah pembatasan indikasi inhibitor PARP untuk karsinoma ovarium pada tahun 2022. Kualitas hidup pasien dapat terpengaruh oleh pilihan pengobatan yang tersedia setelah kemunduran.
Penelitian menunjukkan bahwa rucaparib memiliki median OS lebih rendah dibandingkan kemoterapi pada pasien dengan karsinoma ovarium BRCA-mutasi yang kambuh. Hasil menunjukkan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi pilihan pengobatan yang secara efektif menangani kebutuhan pasien setelah terapi PARP. Penemuan ini turut menegaskan perlunya pemahaman yang lebih baik terhadap penyakit dan pengobatan yang sesuai bagi pasien dengan kanker ovarium.
Sumber Asli: www.oncnursingnews.com